Jumat, 22 Juli 2011

ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN KALAM

ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN KALAM

A.    Awal Munculnya Aliran-Aliran Islam
1.  Masalah Khilafah (Pemerintahan) merupakan masalah penyebab terjadinya perselisihan yang sangat kuat antar kaum Muslimin, hingga melahirkan cikal-bakal kelompok / aliran-aliran besar dalam Islam
2.  Diantara kelompok tersebut;
1.      Syi’ah; aliran yang berkeyakinan bahwa Sayyidina Ali r.a lebih berhak menjadi khalifah setelah wafatnya Rasulullah SAW
2.      Khawarij; aliran yang tidak sependapat dengan kepemimpinan Sayyidina Ali r.a, dan menyataka keluar dari kelompoknya.
3.      Murji’ah; aliran yang sangat mempelopori untuk menjauhi perselisihan dan pertentangan serta tidak menyatakan memihak diantara kedua kelompok; baik Syiah maupun Khawarij.
3.  Meluasnya dakwah dan ekspansi Islam, melahirkan tradisi dan pemikiran-pemikiran baru yang lahir dari agama lama mereka, kemudian diadopsikan dalam Islam sebagai agama baru mereka.
4.  Munculnya aliran-aliran dalam Islam dapat disimpulkan sebagai akibat dari;
1.      Perselisihan kaum Muslimin dalam masalah pemerintahan (khilafah), yang berangkat dari persoalan politik, kemudian dikaitkan dengan persoalan-persoalan agama.
2.      Perselisihan kaum Muslimin dalam masalah aqidah (keyakinan), khususnya ketika dikaitkan pada masalah pencarian pokok-pokok, asas atau landasan dari agama.

B.     Aliran-aliran dalam Islam
1.      SYIAH
a. Syiah adalah aliran atau golongan yang semulanya merupakan aliran politik, yang muncul dan berkembang disebabkan para penganutnya berkeyakinan bahwa khilafah harus diutamakan dari golongan ahlul bait Nabi Muhammad Saw, sedangkan ahlul bait yang paling berhak untuk diutamakan menjadi khalifah adalah Ali bin Abi Thalib.
b Doktrin Aliran Syiah;
1.      Masalah keimaman (khalifah) bukanlah maslahat umum yang harus diserahkan kepada pandangan umum, namun merupakan bagian dari pokok-pokok agama dan pangkal bagi Islam.
2.      Kekhalifahan harus sesuai dengan wasiat, sebagaimana Rasulullah telah berwasiat menunjuk dan menentukan Ali bin Abi Thalib sebagai pemegang khalifah setelah ditinggal Rasul.
3.      Keyakinan bahwa Imam (pemimpin) sebagai penerima dan pemberi wasiat dari Nabi untuk generasi berikutnya. Imam itu ma’shum, terpelihara dari dosa.
4.      Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah makhluk paling mulia sesudah Rasulullah SAW. Barang siapa memusuhi Ali, berarti dia memusuhi Allah.
5.      Adanya keyakinan para pengikut Ali yang terlalu berlebihan terhadap Ali bin Abi Thalib, sehingga mengangkatnya sederajat dengan Nabi Muhammad SAW. Bahkan sebagian dari mereka mempertuhankan Ali dengan anggapan bahwa Allah telah bersatu di dalam diri Ali (hulul/inkarnasi).
cMacam-macam Aliran dalam Syi’ah
A.    SYIAH ITSNA ‘ASYARIAH (percaya pada imam dua belas)
1.      Ali bin Abi Thalib (w. 40 H)
2.      Hasan bin Ali (w. 50 H)
3.      Husain bin Ali (w. 61 H)
4.      Ali Zainal Abidin (w. 94 H)
5.      Muhammad Al-Baqir (w. 113 H)
6.      Ja’far al Shadiq (w 148 H)
7.      Musa al-Khadhim (w. 183 H)
8.      Ali al-Ridha (w. 202H)
9.      Muhammad Al-Jawwad (w. 220 H)
10.  Ali al-Hadi (w. 254 H)
11.  Al Hasan al-Askari (w. 260 H)
12.  Muhammad al-Muntadhar (menghilang th 260 H)
B.     SYIAH SHABI’AH (percaya pada Imam tujuh)
Yakni; meyakini para imam di atas sampai no 6 saja, sedangkan Imam ke tujuh  bukanlah – Musa al-Kadhim – melainkan saudaranya, yakni Ismail Ismailiyyah, yang banyak ditemukan di anak benua India dan Pakistan.
C.    SYIAH ZAIDIYAH (percaya pada Keimaman Zaid)
Yakni meyakini sampai imam ke empat saja. Syiah ini sama dengan golongan syiah kedua, menurut keyakinan mereka, imam kelima mereka bukanlah Muhammad al-Baqir, melainkan saudaranya Zaid bin ali zainal abidin. Kelompok syiah ini banyak di Yaman.

BEBERAPA KELOMPOK SYI’AH TERNAMA
1.      Sabaiyyah
2.      Ghurabiyyah
3.      Kaisaniyah
4.      Zaidiyah
5.      Al-Imamiyyah
6.      Isma’iliyyah
7.      Nashiriyyah

2.      KHAWARIJ
a. Khawarij adalah aliran atau golongan yang semula merupakan aliran politik, yang timbul pada masa Syi’ah. Ia muncul dilatarbelakangi oleh sikap para penganutnya yang tidak menyetujui keputusan Majelis Tahkim yang menarik Ali r.a dari Imamah dan menetapkan Mu’awiyah sebagai khalifah.
b. Pokok-pokok Ajaran Khawarij;
1.      Seorang Imam wajib dipilih berdasarkan pemilihan bebas dari kalangan kaum Muslimin.
2.      Imam terpilih tidak dibenarkan mengundurkan diri.
3.      Para penganutnya merumuskan garis-garis keagamaan, bahwa yang dimaksud dengan beriman adalah;
a.      Adanya pengakuan dalam hati
b.      Pernyataan dalam lisan
c.       Pelaksanaan dengan amal perbuatan.
4.      Adanya penetapan bahwa ‘pelaku dosa besar’ adalah ‘kafir’

3.      MURJI’AH
a.   Murji’ah adalah aliran atau golongan yang tidak senang terhadap perselisihan, pertikaian dan pertentangan paham – baik yang terjadi pada tubuh Syi’ah maupun Khawarij –, dimana masing-masing diantara mereka saling mengkafirkan antara satu dan lainnya.
b.   Dalam masalah diatas, golongan Murji’ah lebih mengembalikan hukum tentang apapun masalah yang mereka hadapi kepada Allah, oleh sebab itu, golongan ini dinamakan Murji’ah.
c.   Pokok-pokok Ajaran Murji’ah;
a.      Bagi aliran Murji’ah, kelompok-kelompok yang berselisih masih dapat dikategorikan beriman, karena mereka masih meyakini dua kalimat syahadah.
b.      Iman adalah pembenaran (tasdiq) dan ma’rifatullah (mengenal Allah). Adapun amal perbuatan manusia tidak ada pengaruhnya terhadap nilai iman.
c.       Iman atau keimanan bagi mereka adalah keyakinan yang mantap dalam hati sanubari, sekalipun seseorang tersebut mengucapkan kekufuran dengan lisan, menyembah berhala, maka ia tetap ‘dianggap beriman’.

4.      JABARIYAH
a.   Jabariyah adalah aliran yang berpendapat bahwa manusia dalam segala amal perbuatannya telah ditentukan dan digerakkan serta dijalankan Allah Swt semata-mata dan tidak ada usaha sedikitpun dari manusia. Atau dengan kata lain; Jabariyah adalah paham yang meniadakan kehendak dan amal usaha manusia, melainkan segala sesuatu itu adalah kehendak dan taqdir Allah.
b.  Pelopor yang pertama kali menyebarkan ajaran ini; Al-Ja’d bin Dirham dari Yahudi dan Jahm bin Shafwan.
c.   Pokok-pokok Ajaran Jabariyyah
a.      Surga dan neraka tidak kekal, karena tidak ada sesuatu pun yang kekal kecuali Allah.
b.      Yang dimaksud dengan beriman adalah makrifah (tahu mengerti), sedangkan kekufuran adalah kebodohan
c.       Anggapan Kalamullah adalah baru (hadits), dan dia makhluq

5.      QODARIYAH
a.  Qadariyah adalah aliran atau paham yang meyakini bahwa amal perbuatan manusia adalah kehendak dan diperbuat oleh manusia itu sendiri terlepas dari kehendak dan taqdir Allah.
b.  Tokoh; Ma'bad bin Khalid al-Juhni dari Iraq
c.  Pokok-pokok ajaran Qodariyah:
1.      Mengingkari adanya taqdir Allah
2.      Berlebihan dalam menetapkan adanya qodrat (kemampuan) pada manusia.
3.      Menetapkan bahwa Al Quran adalah makhluk
4.      Manusia bebas berkehendak sesuai dengan amal perbuatannya.
5.      Iman adalah mengenal Allah, dan itu wajib menurut akal.
6.      Syurga dan neraka bersifat fana’, tidak kekal.

6.      Mu’tazilah
a  Aliran ini disebut juga aliran Washiliyah, karena mereka pengikut Washil bin ‘Atha (lahir di Madinah, 80 H – 131 H)
b  Aliran ini muncul disebabkan perselisihan antara Washil bin Atha dengan gurunya Hasan Al-Basyri ketika membahas masalah hukum orang yang melakukan dosa besar.
c  Adapun Mu’tazilah itu sendiri adalah sebuah aliran yang meyakini bahwa pelaku dosa besar tidak disebut mu’min sempurna dan tidak pula disebut kafir, melainkan ia berada dalam suatu tempat diantara dua tempat itu (yakni antara mukmin dan kafir).
d   Ajaran-ajaran pokok Mu’tazilah;
1.      Keesaan (tauhid), mereka meniadakan sifat-sifat bagi Allah, agar tidak menyerupai makhluqNya.
2.      Manusia menciptakan amal perbuatannya sendiri dengan kekuatan yang telah diberikan Allah
3.      Akal dapat mencapai sesuatu yang baik dan jelek, maka pendapat baik dan buruk berdasarkan akal semata.
4.      Al-Quran adalah makhluq, manusia tidak dapat melihat Allah, walaupun di akhirat
5.      Allah mengkehendaki kebaikan dan tidak mengkehendaki kejahatan.
6.      Pelaku dosa besar tidak disebut mukmin dan tidak pula disebut kafir, namun ia berada diantara keduanya.

7.      Ahlus Sunnah Wal Jamaah
a  Ahlus Sunah wal Jamaah adalah salah satu aliran yang berkembang dikalangan umat Islam yang mengidentikkan diri sebagai pengikut para ulama salaf, yakni Abul Hasan Al Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidy.
b  Golongan ini terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu;
1.      Aliran Asya’irah atau Asy’ariyah, yaitu aliran yang mengikuti paham atau ajaran Abu al Hasan Al Asy’ari.
2.      Aliran Maturidiyah, yaitu aliran yang mengikuti paham atau ajaran Abu Mansur Al Maturidy.
c  Dalam masalah aqidah, aliran ini berpegang teguh ayat-ayat Al Quran dan sunnah Rasul. Kemudian menjadikan aqli (logika) sebagai wasilah untuk memahami Al Quran maupun Hadits. Artinya, mereka mempertemukan antara naqli (al Quran dan Hadits) dengan aqli (logika)
d.  Ajaran-ajaran Pokok Ahlus Sunnah;
1.      Tuhan bisa dilihat dengan mata kepala di akhirat
2.      Quran sebagai manifestasi Kalamullah yang qodim, bukan makhluq, adapun quran dan huruf adalah makhluq, huduts.
3.      Iman adalah pembenaran dan amalan adalah penyempurna iman.
4.      Tuhan menghendaki kebaikan dan keburukan.
5.      Tidak ada yang ma’sum, kecuali Nabi.
6.      Ada syafaat pada hari kiamat.
7.      Allah menciptakan perbuatan hamba yang berbentuk ikhtiar.
8.      Ijma adalah suatu kebenaran yang harus diterima.
9.      Kebangkitan adalah jasad dan ruh.
10.  Surga dan neraka makhluq kedua-duanya, semuanya kekal.

Referensi;
v  W. Montgomery Watt, Pemikiran Teologi dan Filsafat Islam
v  Abdul Sani, Lintaasan Sejarah Pemikiran dan Perkembangan Modern dalam Islam
v  A. Hanafi, Pengantar Theology Islam
v  Abdurrachim Nur, Perkembangan Aqidah dalam Islam
v  Abul Hasan Ismail Al Asyari, Prinsip-prinsip Dasar Aliran Theologi Islam

DOA KETIKA BERBUKA PUASA

Doa Berbuka Puasa
Dalam hadis riwayat Abu Dawud, al-Nasa-i, al-Hakim dan lain-lain menerangkan bahwa Ibnu ‘Umar ra berkata: Rasulullah Saw apabila (selesai) berbuka puasa, beliau membaca doa: “Dzahabadh-dhama’u wabtallatil ‘uruuqu watsabatal ajru insyaa Allah
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ الله
Artinya:
Telah hilang rasa haus, Urat-urat telah basah, Dan pahala telah ditetapkan, Insya Allah
(Menurut Syekh M.Nashiruddin al-Albani, hadis tersebut hasan/ bagus kualitasnya)
Mengenai redaksi doa buka puasa selain redaksi tersebut di atas, menurut ahli hadis kualitasnya da’if/lemah bahkan ada yang maudu’/ palsu.[1]
B. Dzikr sesudah Shalat Witir
Sesuai hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan al-Nasa’i dengan sanad yang shahih dan juga al-Daruquthni, maka dzikr-dzikr yang biasa dibaca oleh Rasulullah Saw setelah shalat Witr adalah sbb (baca halaman berikutnya):
Subhaanal Malikil Qudduus; X 3
(pada bacaan yang ketiga, dibaca dengan memanjangkan bacaan dan mengeraskan suaranya)
Rabbil Malaa-ikati Warruuh.
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ
رَبِّ الْمَلاَ ئِكَةِ وَالرُّوْحِ
Artinya: Maha suci Raja yang Suci 3X; Tuhannya para Malaikat dan Jibril.
C. Doa sesudah shalat Witr
Sesuai hadits riwayat Abu Dawud, Al-Tirmidzi dan al-Nasa-i, dari Ali ra. bahwasanya Nabi Saw biasa membaca doa pada akhir/ setelah shalat Witr-nya dengan bacaan doa sebagai berikut:
Allaahumma innii a’uudzu biridlaaka min sakhatik;
Wa a’uudzu bimu’aafaatika min ‘uquubatik;
Wa a’uudzu bika minka;
Laa uhshii tsanaa-an ‘alaika anta;
Kamaa atsnaita ‘alaa nafsik.
اَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ
وَأَعُوْذُ بِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ
وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ
لاَ أُحْصِىْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ
كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon perlindungan dengan keridlaanMu dari kemurkaanMu; Aku mohon perlindungan dengan pengampunanMu dari siksaanMu; Aku berlindung kepadaMu dari Mu; Aku tidak menghitung pujian atasMu, Sebagaimana Engkau telah memuji atas diriMu sendiri”.
Al-Nasa-i dalam kitabnya “Matn ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah” meriwayatkan hadits mengenai do’a setelah shalat Witr tersebut dari ‘Ali ra., ia berkata: “Aku pernah bermalam dengan Rasulullah Saw pada suatu malam, maka aku mendengar Nabi Saw apabila selesai mengerjakan shalat Witr, ia merebahkan badannya sambil membaca doa tersebut”.[2]


[1] Beberapa redaksi doa buka puasa yang dinilai daif / lemah oleh ahli hadis antara lain:
بِسْمِ الله،اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ -
Redaksi doa tersebut diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam al-Ausath. Riwayat tersebut dinilai daif karena terdapat perawi yang dikenal daif yang bernama Dawud bin al-Zabarqan.
اللَّهُمَّ لَك صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ -
Redaksi doa tersebut diriwayatkan oleh al-Daruquthni dalan Sunan-nya. Riwayat tersebut dinilai daif karena terdapat perawai yang dikenal daif yang bernama Malik bin Harun.
اللَّهُمَّ لَك صُمْت وَبِك آمَنْت وَعَلَيْك تَوَكَّلْت وَعَلَى رِزْقِك أَفْطَرْت -
Redaksi doa tersebut tidak jelas sumbernya dari mana (la ashla lahu), karena itu riwayat tersebut dinilai maudu atau palsu.
[2] Al-Nasa-i, Matn Amal al-Yaum wa al-Lailah, 261. Hadits tersebut juga di muat di berbagai kitab di antaranya Ibn al-Qayyim, Zad al-Maad,Vol.I, 88. Dan Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Vol.I, 166.

BACAAN SURAH/ AYAT DALAM SHOLAT


BACAAN SURAH/ AYAT DALAM SHOLAT

Setelah selesai membaca Al-Fatihah dalam shalat, disyari'atkan membaca surah lain atau ayat-ayat Al-Qur'an. Terkadang Nabi saw. membaca surah yang panjang dan terkadang membaca surah yang pendek atau beliau membaca ayat dari ayat-ayat Al-Qur'an.
1. Membaca surah secara lengkap sampai akhir.
a. Raka'at pertama lebih panjang dari raka'at kedua
عَنْ أَبىْ قَتَادَةَ قَالَ : كَانَ النَّبيّ ص م يَقْرَأُ في الرَّكْعَتَيْن الأُلَيَيْن منَ الصَّلَاة الظُّهْر بفَاتحَة الكتَاب وَ سُوْرَتَيْن يُطَوّلُ في الأوْلَى وَ يُقَصّرُ في الثَانيَة وَ يُسْمعُ الأيَةَ أحْيَنًا وَكَانَ يُطَوّلُ في الرَكْعَة الأُوْلَى منْ صَلاَة الضُبْح وَيُقَصّرُ في الثَّانيَة ( رَوَاهُ البُخَارىُّ وَ مُسْلمٌ )Dari Abu Qatadah, ia berkata : Nabi saw. pernah membaca pada dua raka'at pertama (raka'at pertama dan kedua) di shalat Dzuhur dengan al-Fatihah (tiap raka'at) dan dua surah, beliau memanjangkan pada raka'at pertama dan memendekkan pada raka'at kedua, dan beliau terkadang memperdengarkan (bacaan) ayat kepada kami. Dan beliau membaca di shalat 'Asar dengan al-Fatihah (tiap raka'at) dan dua surah. Beliau memanjangkan (bacaan) pada raka'at pertama dari shalat Subuh dan memendekkan (bacaan) pada raka'at kedua.” (H.R. Bukhari dan Muslim )                  
b. Raka'at pertama dan kedua membaca surah yang sama.

عَنْ مُعَاذبْن عَبْد الله عَنْ رَجُل منْ جُهَيْنَةَ أَنَّهُ سَمعَ النَّبيَّ ص م يَقْرَأُ في الصُّبْح ( إذَا زُلْزلَت الأرْضُ ) في الرَّكْعَتَيْن كلْتَيْهمَا قَال : فَلاَ أَدْرى أَنَسيَ رَسُوْلُ الله ص م أَمْ قَرَأَ ذَلكَ عَمْدًا ( رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ )
Dari Mu'adz bin Abdullah dari seorang laki-laki dari Juhainah bahwa dia mendengar Nabi saw. membaca di shalat Subuh (Idza Zulzilatil ardlu) pada kedua raka'at (raka'at pertama dan kedua). Dia berkata : Aku tidak tahu, apakah Rasulullah saw. lupa atau sengaja. (H.R. Abu Dawud)
2. Membaca satu ayat dari ayat-ayat Al-Qure'an.
Raka'at pertama membaca satu ayat dan raka'at kedua juga membaca satu ayat, tetapi ayat di raka'at pertama lebih panjang dari raka'at kedua.
عَنْ ابْن عَبَّاس قَالَ : إنَّ رَسُوْلَ الله ص م كَانَ يَقْرَأُ في رَكْعَتَي الفَجْر في الأُلَى منْهُمَا (قُوْلُوْ آمَنَّا بالله وَمَا أُنْزلَ إلَيْنَا) وَ في الْأَخيْرَة منْهُمَا (آمَنَّا بالله وَ اشْهَدْ بانَّا مُسْلمُوْنَ) (رَوَاهُ مُسْلمٌ)
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah saw. membaca di dua raka'at pertama (qulu amanna billahi wa ma unzila ilaina) dan pada raka'at yang akhir dari dua raka'at tersebut (amanna billahi wasy had bi anna muslimun). (H.R. Muslimin)
Catatan :
1. Raka'at pertama, yaitu firman Allah swt :
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَمَا وَعِيسَى أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (البقرة :136)
" Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
2. Raka'at kedua, yaitu firman Allah swt. :
فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (العمران :52)
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang berserah diri.”
Masalah :
Dalam salah satu hadits diriwayatkan :
عَنْ سَمُرَةَ بْن جُنْدَب قَالَ : إنَّ النَّبيَّ ص م كَانَ يَقْرَإُ في العيْدَيْن ( سَبّح اسْمَ رَبّكَ الأَعْلَى ) وَ (هَلْ أَتَاكَ حَديْثُ الغَاشيَة ) (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَإبْنُ أَبى شَيْبَةَ وَالبَيْهَقيُّ وَالطَّبْرَانيُّ)
Dari Samurah bin Jundab, ia berkata : Sesungguhnya Nabi saw. pernah membaca pada shalat dua Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adlha) : (Sabbihisma rabbikal a'la) dan (Hal ataka haditsul ghasiyah).” (H.R. Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi dan Tabrani)
Al-A'la jumlah ayatnya :19 ayat dan Al-Ghasyiyah jumlahb ayatnya : 26 ayat
Penjelasan :
Apabila kita perhatikan hadits tersebut, antara bacaan dua surah itu dihubungkan dengan huruf 'athab(kata penghubung) wawu. Dalam bahasa Arab, satu kata atau kalimat yang dihubungkan dengan huruf 'athab wawu itu ada tiga kemungkinan :
1.      Sesuatu yang disebut terdahulu, memang terdahulu.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوُحًا وَ إبْرَاهيْمَ (الحديد :26)
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim.” (Al-Hadid :26)
2.      Sesuatu yang disebutkan itu terjadi secara bersamaan; sama.
فَأَنْجَيْنَا وَ أَصْحَابَ السَّفيْنَة
Maka Kami selamatkan dia (Nuh as.) dan penumpang-penumpang perahu itu.” (Al-'Ankabut:15)
3.      Sesuatu yang disebut belakangan justru lebih dulu.
وَكَذَا لكَ يُوْحى إلَيْكَ وَ إلَى اللَّذيْنَ منْ قَبْلكَ (الشورى : 2)
Dan demikianlah, Dia (Allah swt.) mewahyukan kepada kamu dan kepada orang-orang sebelum kamu.” (Asy-Syuura : 2)
الَّذى خَلَقَ الْمَوْتَ وَ الْحَيَاةَ (الملك : 2)
Dia yang menjadikan mati dan hidup.” (Al-Mulk :2)
أَبَى وَ اسْتَكْبَرَ وَ كَانَ منَ الْكَافريْنَ
Dia (Iblis) menolak dan sombong, dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah:34)

KESIMPULAN
Dengan demikian, mengingat Rasulullah saw. memberi tuntunan pada raka'at pertama bacaannya lebih panjang dari raka'at kedua atau sama antara kedua raka'at itu., maka membaca surah Al-Ghasyiyah pada raka'at pertama dan surah Al-A'la pada raka'at kedua lebih sesuai dengan tuntunan baliau saw.

Wallahua'lam